DLHK Sumut-Yayasan PETAI Tekan Emisi Lewat Budidaya Lebah Madu
- Ist/VIVA Medan
Hasil praktik menjadi kebanggaan bersama sekaligus menjadi modal awal pengembangan usaha madu kelompok.
Direktur Eksekutif Yayasan PETAI, Masrizal Saraan menjelaskan, program sekolah lapang ini bukan hanya menyiapkan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan melalui produk HHBK, tetapi juga bagian dari strategi menekan laju deforestasi yang menjadi sumber signifikan emisi GRK di Indonesia.
“Ketika masyarakat memiliki pilihan ekonomi yang layak dan berkelanjutan, ketergantungan mereka pada aktivitas ekstraktif yang merusak hutan akan menurun. Ini sejalan dengan komitmen FOLU Net Sink 2030 Indonesia untuk menyeimbangkan emisi dan serapan karbon,” ucap Masrizal, Minggu 29 Juni 2025.
DLHK Sumut bersama PETAI menargetkan perluasan sekolah lapang di berbagai kabupaten/kota dengan topik budidaya madu, pembibitan tanaman hutan, pertanian ramah lingkungan, serta penguatan kelembagaan KTH.
Kepala DLHK Sumut, Yuliani Siregar menegaskan, penguatan kapasitas teknis dan kewirausahaan kelompok tani hutan adalah fondasi utama menjaga kelestarian hutan.
“Program ini bukan hanya tentang produksi madu, tetapi bagaimana masyarakat melihat hutan sebagai sumber kehidupan yang perlu dijaga, sambil tetap memberi manfaat ekonomi,” kata Kepala DLHK Sumut pada kesempatan terpisah.
Program sekolah lapang ini menunjukkan bahwa pengelolaan hutan lestari harus dibangun di atas fondasi kolaborasi pemerintah, NGO, dan masyarakat, serta berbasis pada potensi lokal dan kearifan komunitas.